Tuesday, June 23, 2009

E-Card Persib

anuar P Hamel

ADA yang baru pada pertandingan Persib vs Persijap di Stadion Jalak Harupat pekan lalu. Para bobotoh tak lagi mengacungkan secarik kertas kepada penjaga pintu masuk, tapi tiket berbentuk kartu layaknya credit card. Pemandangan tersebut bisa terlihat di pintu masuk tribun VIP dan tribun timur. Pemberlakuan e-Card tersebut memang telah dijanjikan panitia pelaksana (panpel) pertandingan Persib jauh hari sebelum pertarungan itu digelar.

Apa reaksi bobotoh? Mereka ternyata sangat menyukainya. Heru Joko, Ketua Viking, bahkan memuji habis-habisan langkah panpel untuk memberlakukan e-Card tersebut. Memang tiket yang sekarang desainnya sangat menarik. Setiap tribun berbeda-beda, dan setiap tiket terpampang foto pemain Persib.

E-Card juga diharapkan bisa meminimalisir tiket keriting yang selama ini dikeluhkan. E- Card seperti credit card. Sebelum masuk stadion, tiket milik bobotoh di-scan dulu lewat alat pengecek barcode. Dan, tiket itu hanya berlaku satu kali.

"Artinya penonton yang di tengah pertandingan keluar stadion untuk satu keperluan, tidak bisa menggunakan e-Card yang sama untuk kembali masuk stadion," kata Project Oficer e-Card dan Komunitas Pecinta Persib 1933 Budiman Dalimunthe.

Masalah harga yang lebih mahal sebagai konsekuensi perubahan tiket tersebut, ternyata tak menyurutkan antusias bobotoh untuk menonton tim kesayangannya. Bobotoh justru berharap tak ada lagi calo pada pertandingan selanjutnya.

Panpel sudah memiliki jawaban untuk itu. Kini pemesanan tiket hanya bisa lewat satu pintu saja. Panpel rupanya belajar pada pertandingan sebelumnya, banyak tersebarnya tempat penjualan tiket justru membuat bobotoh sulit untuk mendapatkan tiket seperti ketika Persib melawan Persijap.

Cara yang dilakukan panpel ini memang belum teruji. E-Card yang baru diberlakukan pada satu pertandingan belum bisa membuktikan masih beredarnya "tiket kerting". Para bobotoh pun ternyata masih kesulitan untuk mendapatkan tiket dengan harga normal.

Kalau melihat situasinya seperti itu berarti bobotoh belum mendapatkan kenyamanan saat menonton tim kesayangannya. Harusnya, apapun, caranya, panpel harus memberi jaminan pada bobotoh. Perlu diingat bobotoh tak terlalu mempermasalahkan harga tiketnya yang mahal. Mereka menonton Persib karena cinta, jadi berapa pun harga tiketnya kemungkinan mereka akan membelinya.

Seperti ketika Panpel memberlakukan e-Card, harga yang lebih tinggi dari harga bisanya ternyata tak membuat antusias para bobotoh untuk menonton Persib menyurut. "Itu yang dialami kami sebagai bobotoh. Berapa pun harga tiket, meski rada menggerutu, kami tetap akan membelinya," kata Heru. (*)
Tulisan ini pernah dimuat di Tribun Jabar edisi 2 November 2008

No comments: