Sunday, June 28, 2009

Rasa terlalu percaya diri yang menjadi bumerang

Kejadian di lapangan pertandingan Final Copa Djisamsoe Indonesia malam ini, merupakan anti klimaks dari seluruh pertandingan yang berlangsung hampir selama delapan bulan, sungguh mengecewakan seluruh pencinta bola Indonesia yang menginginkan pertadingan yang bermutu.

Persipura pantas merasa kecewa melihat kenyataan mendapat kendala non teknis (kata lain dari dicurangi) pihak wasit, namun demikian sebagai kesebelasan yang baru saja menjuarai kompetisi Liga Super Indonesia, seharusnya apapun yang terjadi di lapangan para pemain, para official dan supporter menunjukan mental mereka sebagai juara LSI.

Sikap para pemain Persipura seperti itu menurut pendapat saya justru dilatar belakangi oleh kemenangan di LSI yang baru saja mereka dapat, mereka masih berada dalam suasana euforia kemenangan, mereka memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi, dan bahkan seolah-olah sudah menyandingkan kedua gelar bergengsi kompetisi Sepakbola di Indonesia yaitu LSI dan Copa sebelum pertandingan berlangsung, dan mereka lengah, karena lawan ternyata sudah lebih siap, akhirnya Sriwijaya FC berhasil memasukan goal ke gawang Persipura. Selanjutnya seperti yang telah kita saksikan berama-sama di layar kaca, Persipura ngambek, tidak mau melanjutkan pertandingan, karena merasa dicurangi wasit, akhirnya kalah dengan tidak terhormat (WO), sesuatun yang sangat kontradiktif dengan pengharaggan juara LSI, yang baru saja mereka dapatkan.

Dalam catatan ini saya ingin menyampaikan pesan kepada siapa saja yang saat ini sedang mengikuti suatu kompetisi, walaupun fihak kita sedang berada di atas angin, untuk tidak terlalu percaya diri, tidak sombong dan jangan merasa bahwa kita sudah memenang kan pertandingan ini, karena masih ada "the invisible hand" yang berada di luar kekuasaan kita, yang dapat membalaikan keadaan, mudah-mudahan kejadian Persipura bisa dijadikan pelajaran. Amin.

Wednesday, June 24, 2009

Malapetaka itu tidak terjadi

Hari ini, Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Tangerang telah memutus bebas Prita Mulyasari, tersangka kasus pencemaran nama baik RS. Omni International Tangerang. Putusan bebas tersebut dibacakan Majelis Hakim yang dipimpin oleh Karel Tofu pada putusan sela yang dibacakan siang ini. Putusan tersebut langsung disambut dengan perasaan haru oleh tersangka dengan mengucap takbir, yang kontan diamini oleh para pengunjung yang selalu setia mendampingi dan mensupport Prita sejak sidang pertamanya. Tampak diantara para pengunjung tersebut beberapa blogger dan facebooker.

Seperti telah diketahui, Prita Mulyasari diadukan RS. Omni Tangerang bersama dua orang dokternya atas tuduhan pencemaran nama baik, karena dianggap telah menyebarkan fitnah melalui media surat elektronik (email). Prita Mulyasari dikenakan pasal-pasal pada Undang-undang No. 11 tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, khususnya pada Pasal 27 ayat 3.

Pada awal penyusunan Undang-undang ini, memang telah menarik perhatian dari para Netter, karena akan mengancam kebebasan untuk menyatakan pendapat bunyi dari Pasal 27 ayat(3) tersebut adalah sebagai berikut :

"Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik."

Pernyataan "yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik" , sangat multi interprestasi, pasal ini biasanya dikenal dengan pasal karet.
Para Netter dan Blogger (waktu itu facebook belum begitu memasyarakat) menganggap bahwa pencantuman pasal ini merupakan suatu pemasungan atas kebebasan untuk menyatakan pendapat, oleh karena itu sebelum undang-undang ini disahkan para Netter telah berjuang agar pasal ini dicabut, namun sampai rancangan undang-undang disahkan menjadi undang-undang, ternyata perjuangan para netter tersebut tidak berhasil, dan menganggap bahwa pencantuman pasal tersebut merupakan suatu malapetaka di dunia teknologi informasi.

Sekarang Ibu Prita sudah bebas dan bisa berkumpul kembali dengan keluarganya, namun apakah malapetaka bagi para Netter sudah berlalu ? Tentu saja tidak, karena dalam keputusannya, Majelis Hakim menganggap bahwa penerapan Undang-undang ITE pada kasus Prita ini adalah karena jaksa telah menerapkan Undang-undang yang belum berlaku secara effektif, menurut Majelis Hakim, Undang-undang baru akan effektif apabila UU tersebut telah berumur dua tahun sejak diputuskannya. Jadi kapan malapetaka itu akan tiba ? yah karena UU ini diundangkan pada tanggal 21 April 2008, jadi masih ada waktu kurang dari setahun lagi. Jadi judul yang tepat untuk tulisan ini adalah bukan "Malapetaka itu tidak terjadi", tapi "Malapetaka itu belum terjadi".

Tuesday, June 23, 2009

Memilih Instrument Dana Pendidikan (Lanjutan)

Catatan : Tulisan ini pernah diterbitkan di Tabloid Kontan No. 43 Tahun IX 1 Agustus 2005, sengaja saya coba kutip, mudah-mudahan berguna terutama bagi yang saat sedang merencanakan dana pendidikan buat putera-puterinya.

Tulisan ini ditulis oleh Priyadi Setiawan, FLMI, ACS yang saat itu sebagai Sr. Manager, Corporate Comm. PT. Sun Life FInancial Indonesia.

Deposito/Tabungan Bank

Produk ini sederhana dan sudah dikenal oleh masyarakat, akan tetapi pengembalian dananya relatif rendah dan tidak ada elemen proteksinya sehingga kalau terjadi resiko maka dana pendidikan yang dibutuhkan bisa tidak tercapai.

Produk ini sesuai untuk anda bila :

- Anda tidak terlalu mempermasalahkan tingkat pengembalian atas uang anda

- Anda sudah besar sehingga tidak lagi sesuai untuk nasuransi

- Anda tidak punya waktu atau skill untuk mengawasi fluktuasi instrumen investasi

- Anda sudah memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan yang memadai

- Anda bisa menghitung dengan cermat berapa dana dibutuhkan dan kapan dana itu harus tersedia.

Instrumen Investasi Finansial

Reksadana, saham, obligasi, dan instrumen finansial lainnyajuga bisa digunakan sebagai wahana penyedia dana pendidikan. Â Pengembalian investasi yang diberikan bisa lebih tinggi daripada bunga bank, tetapi ada resiko yang biasanya berbanding lurus dengan potensi pengembalian investasi. Â Biaya-biayanya relatif rendah, akan tetapi unsur kepastian tidak terpenuhi karena ketidakpastianhasil investasi dan tidak adanya proteksi.

Produk ini sesuai untuk anda bila :

- Anda memahami resiko investasi dan cara mengelolanya

- Tersedia cukup waktu untuk berinvestasi

- Anda ingin mendapatkan pengembalian yang optimal untuk uang anda

- Anda sudah memiliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan yang memadaiÂ

- Anda bisa menghitung dengan cermat  berapa dana yang dibutuhkan dan kapan dana tersebut harus tersedia.


Asuransi Unit Link

Produk ini adalah kombinasi dari reksadana dan asuransi jiwa (kadang dikombinasikan juga dengan deposito dan asuransi kesehatan). Â Dengan produk ini konsumen bisa mendapatkan pengembalian investasi setara dengan reksadana dan sekaligus proteksi finansial sehingga meminimalisir resiko.

Akan tetapi resiko investasi tetap ada dan tidak teratasi dengan asuransi jiwa.

Produk ini sesuai untuk anda apabila :

- Anda memahami resiko investasi dan cara mengelolanya

- Tersedia cukup waktu untuk berinvestasi

- Anda ingin mendapatkan pengembalian yang optimal untuk uang anda.

Memilih Instrument Dana Pendidikan

Catatan : Tulisan ini pernah diterbitkan di Tabloid Kontan No. 43 Tahun IX 1 Agustus 2005, sengaja saya coba kutip, mudah-mudahan berguna terutama bagi yang saat sedang merencanakan dana pendidikan buat putera-puterinya.

Tulisan ini ditulis oleh Priyadi Setiawan, FLMI, ACS yang saat itu sebagai Sr. Manager, Corporate Comm. PT. Sun Life FInancial Indonesia.


Banyak orang mengira untuk mempersiapkan dana pendidikan cukup dengan menabung di Bank saja. Ada juga yang berfikir bahwa membeli asuransi pendidikan adalah satu-satunya cara mempersiapkan dana pendidikan. Kedua pendapat tersebut sebenarnya kurang tepat. Pada tulisan ini kita akan membahas secara ringkas pilihan yang bisa anda ambil untuk mempersiapkan dana pendidikan anak anda.

Asuransi Pendidikan


Produk ini adalah produk yang relatif "mudah" digunakan, karena konsumen tidak perlu repot-repot menghitung waktu dan akumulasi dana.  Perusahaan asuransi biasanya sudah menyediakan inlustrasi yang menunjukan kapan dan berapa uang yang akan di dapat konsumen. roteksi finansial (financial protection), sudah tercakup di dalamnya berupa pembayaran dana pendidikan walaupun konsumen meninggal atau sakit sehingga tidak bisa membayar premi.

Produk ini sesuai untuk anda apabila :

- Usia anak masih muda dan sesuai dengan program asuransi.

- Anda menginginkan kepastian atas pencapaian dana pendidikan anak anda

- Anda tidak terlalu mempermasalahkan tingkat pengembalian atas uang anda.

- Anda tidak punya waktu atau skill untuk mengawasi fluktuasi instrumen investasi


Tabungan Pendidikan

Produk ini sebenarnya adalah kombinasi dari tabungan/deposito bank dengan asuransi jiwa. Produk ini juga relatif "mudah digunakan", karena konsumen tinggal menabung saja. Unsur proteksi sudah tepenuhi karena adanya asuransi.

Produk ini seuai untuk anda bila :

- Anda tidak terlalu mempermasalahkan tingkat pengembalian atas uang anda.

- Anak anda sudah besar sehingga tidak lagi sesuai untuk asuransi pendidikan

- Anda tidak punya waktu atau skill untuk mengawasi fluktuasi instrument investasi

- Anda bisa menghitung dengan cermat berapa dana yang dibutuhkan dan kapan dana itu harus tersedia.



Bersambung .........

Embe anakan embe

Hiji waktu si Kabayan keur cingogo we di kandang embe, sihoreng teh si Kabayan keur nungguan embe bikang na anu arek ngalahirkeun.

Sabari langak-longok kana bujur embe si Kabayan teh panasaran siga anu gelisah, sakapeung-sakapeung si embe teh diusapan beuteungna, terus buntut embe teh di angkat, atuh embe na ngambek, maklum keur nahan kanyeri da rek ngalahirkeun tea.
Teu lila embe teh ngalahirkeun, anakna aya dua, hiji warnana bodas hijina deui belang bodas hideung. Si Kabayan buru-buru nilikan anak embe, manehna narik napas panjang terus ngusap kesang na tarangna, sabari ngerenghap, si Kabayan ngomong dina hate, "Alhamdulillah geuning embe teh anakna embe", si Kabayan
seuri dina hate, menehna cengkat bari malik rek indit, karek meunang salengkah ujug-ujug aya anu ngageroan, "Bapaaaa, bapaaaa", ari ditangali, horeng teh nu ngageroan teh anak embe.

Si kabayan pingsan.

Penerus Kangen Band

Januar P Hamel

KITA, atau minimal saya terbengong-bengong saat Kangen Band muncul begitu saja di antara deretan band-band lain yang sudah mapan terlebih dulu. Lagu mereka sederhana, tidak jelimet, dan liriknya pun biasa-biasa saja.

Malah terkesan cengeng. Kadang, ketika tampil live, musiknya terdengar fals. Tapi, siapa yang tak kenal mereka yang telah menjadi fenomena sendiri di blantika musik Indonesia.

Berlatar belakang kejelataan, band yang digawangi Dodhy Hardiyanto (guitar), Andika (vokal), Thama (gitar 2), Bebe (bas), Iim (drum), dan Izzy (keyboards), ini tiba-tiba membuat pengamat musik berdecak kagum. Lewat album pertama mereka, Aku, Kau & Dia yang dirilis Warner Music Indonesia (WMI) pada Februari 2007 terjual bak kacang goreng, sekitar 300.000 keping.

Apa yang membuat band dari Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, ini begitu mencuat? Simak latar belakang para personelnya, Rustam Wijaya (22) alias Tama adalah penjual sandal jepit.

Iim bekerja di bengkel motor, sedangkan Andika (23), sang vokalis, adalah penjual cendol keliling. Orang lalu menganggap kejelataan itulah yang dijual mereka. Satu lagi, ada yang bilang mereka juga menjual ke-kampungan-nya.

Dan rupanya, latar belakang Kangen tersebut menjadi inspirasi bagi reality show yang bertebaran di Indonesia, para penyelenggara secara langsung atau tidak langsung seperti mengekor kesuksesan Kangen.

Lihat saja Aris Idol. Dia adalah mantan pengamen. Massive Band jebolan A Mild Wanted juga band yang kerap mengamen di bus kota. Ajeng Mamamia pun berlatar belakang pengamen. Mereka semuanya berasal dari kalangan bawah. Cuma tentu saja sangat berbeda dengan Kangen.

Kangen memang benar-benar muncul dari kalangan jelata. Mereka tak merasakan terlebih dahulu reality show. Hanya kejelian Warner Music Indonesia (WMI) lah yang bisa memunculkan mereka.

Warner adalah perusahaan rekaman besar yang juga menaungi Jikustik sampai Maliq & D'Essential. Warner sebagai bagian dari perusahaan rekaman raksasa Warner Group yang mengedarkan album dari sederet nama terkenal, mulai Phil Collins, MUSE, My Chemical Romance, sampai Linkin Park. Bukan pemusik sembarangan, kan.

Kita tunggu saja kiprah Kangen Band selanjutnya. Album kedua mereka, hingga saat ini, belum terdengat kedahsayatan seperti album Aku, Kau & Dia. Tapi yang jelas pengekor Kangen Band sudah mulai bermunculan. Yang tengah populer di dunia maya saat ini adalah Garnet Band.

Tak jelas datangnya dari mana band ini. Dalam friendsters-nya, http://profiles.friendster.com/83231438, pun mereka tak menyantumkan domisili mereka. "Kami Garnet Band Ingin sekali semua warga frendster dan Indonesia Bisa mengenal band kami, Dan bisa menikmati lagu2...," begitu yang mereka tulis. Mereka juga berjanji segera mengeluarkan album pertama.

Kehadiran band ini di dunia maya langsung dicap pengekor Kangen Band. "Penerus Kangen Band," kata sebuah blog dalam komentarnya. Blogger ini bisa menilai Garnet karena jenis musiknya tak jauh berbeda dengan Kangen.

Garnet memang mempersilakan siapa pun untuk men-download lagu-lagu mereka. Dua lagu yang lumayan populer di dunia maya adalah "Cinta Sepenuh Hati" dan "Sungguh Ku Tak Bisa". Sebuah promosi gratis yang efektif.

"..kami juga minta pada semua teman2 yg suka pada lagu2 kami agar mencari lagu2 kami di internet biar bisa membantu kami supaya jadi terkenal...," begitu permintaan mereka.

Kita tunggu saja peruntungan mereka. Apakah bisa seperti Kangen Band, atau malah hanya terkenal di dunia maya saja. (*)

Pernah dimuat di Tribun Jabar edisi Sabtu, 18 Oktober 2008

E-Card Persib

anuar P Hamel

ADA yang baru pada pertandingan Persib vs Persijap di Stadion Jalak Harupat pekan lalu. Para bobotoh tak lagi mengacungkan secarik kertas kepada penjaga pintu masuk, tapi tiket berbentuk kartu layaknya credit card. Pemandangan tersebut bisa terlihat di pintu masuk tribun VIP dan tribun timur. Pemberlakuan e-Card tersebut memang telah dijanjikan panitia pelaksana (panpel) pertandingan Persib jauh hari sebelum pertarungan itu digelar.

Apa reaksi bobotoh? Mereka ternyata sangat menyukainya. Heru Joko, Ketua Viking, bahkan memuji habis-habisan langkah panpel untuk memberlakukan e-Card tersebut. Memang tiket yang sekarang desainnya sangat menarik. Setiap tribun berbeda-beda, dan setiap tiket terpampang foto pemain Persib.

E-Card juga diharapkan bisa meminimalisir tiket keriting yang selama ini dikeluhkan. E- Card seperti credit card. Sebelum masuk stadion, tiket milik bobotoh di-scan dulu lewat alat pengecek barcode. Dan, tiket itu hanya berlaku satu kali.

"Artinya penonton yang di tengah pertandingan keluar stadion untuk satu keperluan, tidak bisa menggunakan e-Card yang sama untuk kembali masuk stadion," kata Project Oficer e-Card dan Komunitas Pecinta Persib 1933 Budiman Dalimunthe.

Masalah harga yang lebih mahal sebagai konsekuensi perubahan tiket tersebut, ternyata tak menyurutkan antusias bobotoh untuk menonton tim kesayangannya. Bobotoh justru berharap tak ada lagi calo pada pertandingan selanjutnya.

Panpel sudah memiliki jawaban untuk itu. Kini pemesanan tiket hanya bisa lewat satu pintu saja. Panpel rupanya belajar pada pertandingan sebelumnya, banyak tersebarnya tempat penjualan tiket justru membuat bobotoh sulit untuk mendapatkan tiket seperti ketika Persib melawan Persijap.

Cara yang dilakukan panpel ini memang belum teruji. E-Card yang baru diberlakukan pada satu pertandingan belum bisa membuktikan masih beredarnya "tiket kerting". Para bobotoh pun ternyata masih kesulitan untuk mendapatkan tiket dengan harga normal.

Kalau melihat situasinya seperti itu berarti bobotoh belum mendapatkan kenyamanan saat menonton tim kesayangannya. Harusnya, apapun, caranya, panpel harus memberi jaminan pada bobotoh. Perlu diingat bobotoh tak terlalu mempermasalahkan harga tiketnya yang mahal. Mereka menonton Persib karena cinta, jadi berapa pun harga tiketnya kemungkinan mereka akan membelinya.

Seperti ketika Panpel memberlakukan e-Card, harga yang lebih tinggi dari harga bisanya ternyata tak membuat antusias para bobotoh untuk menonton Persib menyurut. "Itu yang dialami kami sebagai bobotoh. Berapa pun harga tiket, meski rada menggerutu, kami tetap akan membelinya," kata Heru. (*)
Tulisan ini pernah dimuat di Tribun Jabar edisi 2 November 2008

Suster Berbaju Putih di Gedung Antara (Lanjutan)

Diceritakan oleh : H.Harisoedin A.M


Tengah hari sekitar pukul 12.00,Swargi hanya sendirian berada di kantor Antara.Ia tengah menelpon ke kantor pusat di Jakarta seperti yang diceritakannya kepada penulis.

Tiba-tiba saja ia merasakan pundaknya bagaikan ditiup orang perlahan-lahan.Kejadian itu semula tidaklah dihiraukannya,Ia terus menelepon. Tapi kini daun telinganya seperti ada yang mencubit,Ia masih terus berbicara dengan Jakarta . Mahluk halus yang selalu gentayangan dalam ruangan itu semakin berani,kini gagang telpon yang tengah dipegang oleh Agi, demikian panggilanya sehari-hari diantara wartawan digoyang-goyangnya. Sejak kejadian itu Agi sengaja menantang, namun ia tidak berani malam hari.

Mayjen TNI (Pur) almarhum Djohari yang sempat menjadi pengurus KONI Jawa Barat pernah pula mengalami gangguan dari suster berkulit putih itu. Bagian depan dari gedung Antara yang terletak persis di tikungan Braga Naripan untuk beberapa lama memang dikuasai oleh Djohari.

Suatu malam ia berada dalam ruangan took yang disinari lampu neon, Jalan Braga belum begitu sepi,ketika itu jalur jalan dari Utara ke Selatan. Djohari melihat sebuah mobil sedan putih berhenti dimulut persimpangan Braga-Naripan. Djohari mendongak menyaksikan peristiwa itu. Tidak biasaynya kendaraan berhenti di tempat itu. Seorang berbaju putih. Seorang berbaju dan berkerudung putih keluar dari mobil tersebut, langsung memasuki ruangan toko yang hanya ditunggui Pak Djohari bersama seorang pembantunya. Bagaikan dalam mimpi dengan mata terbelalak ia melihat tubuh putih itu memasuki ruangan tanpa membuka pintu yang telah tertutup, Karena ia tengah bersiap-siap untuk menutup toko dan pulang. Bayangan putih itu dengan begitu saja menembus pintu kaca. Belum sempat Djohari berpikir dari apa yang disaksikannya wanita berkerudung putih itu menghilang diantara dua lemari kaca. Pak Djohari yang pernah bertugas di Tasikmalaya hanya bias Istighfar dan mengusap mukanya dengan kedua belah telapak tanganya. Dengan cepat ia keluar dan mengunci pintu dari luar.

Apa yang dialami oleh pak Djoahari ini dengan cepat tersebar dari mulut ke mulut. Tapi Pak Kasoem yang kini telah almarhum yang tokonya bersebelahan langsung dengan gedung Antara tidak pernah mempercayai cerita –cerita aneh ini.

Tidak jelas, dan saya tidak pernah lagi menanyakan kepada orang-orang di Antara terutama kepada Sutedja dan Bung Dodoy apakah kejadian-kejadian yang dialami Swargi itu masih sering terjadi. Pada bagian belakang gedung ini, selain pernah dijadikan Kantor Redaksi Harian Indonesia Express pimpinan Dzen Amar,dulu juga pernah diisi oleh Kantor Mingguan Berita Tunggal pimpinan Tatos Kesuma dan Mingguan Mandala dibawah pimpinan Pak Surya. Sejak itu cerita-cerita tentang wanita berkerudung putih telah ada. Tapi yang jelas, kalau anda bertamu ke kantor ini, Anda akan merasakan sesuatu hal yang aneh. Ini juga diakui oleh pemuda-pemuda angkatan Muda Siliwangi yang bermarkas dibagian Selatan gedung ini yang menghadap ke selatan jalan Naripan. Kabarnya beberapa anggota AMS yang datang dari daerah dan terpaksa bermalam di kantor AMS yang datang dari daerah dan terpaksa bermalam di Kantor AMS pernah pula mengalami hal yang sama. Ceritanya jendela kaca yang menghadap ke jalan Naripan di ketok-ketok seorang gadis berbaju putih.

Suster Berbaju Putih di Gedung Antara

Diceritakan oleh : H.Harisoedin A.M

Gedung Kantor Berita Antara Cabang Bandung yang terletak tepat dipersimpangan jalan Braga dan Naripan ternyata mempunyai cerita yang dapat membuat bulu roma berdiri. Bayangkan, siapa yang akan mengira kalau disekitar gedung ini gentayangan hantu-hantu wanita berbaju putih dengan kerudung putih pula dikepalanya, layaknya seorang suster yang biasa ditemui di rumah sakit

Hantu, suster berkulit putih ini pernah dipergoki oleh wartawan Indonesia Express yang berkantor di bagian belakang Kantor Antara yang waktu itu dipimpin Swargi Natadikara.

Penulis sendiri yang bekerja pada Redaksi malam Indonesia Express sebelumnya tidak mempercayai sama sekali pada cerita-cerita burung, terpaksa gemetaran dan bulu punduk ini berdiri setelah dengan mata kepala sendiri menyaksikan apa yang sebelumnya saya anggap seperti berita burung.

Saya menyaksikan dengan jelas seorang wanita berkulit putih duduk berjuntai seakan-akan ia duduk diatas bangku berwarna putih.. Padahal disekitar gang yang menghubungkan kantor Antara dengan ruangan redaksi malam Indonesia Express tidak ada satupun kursi, apalagi kursi putih yang banyak ditemui di Rumah Sakit.

Ceritanya begini : Malam itu saya bertugas sampai pagi, karena sebagai Redaksi Pelaksana Indonesia Express saya harus menggantikan Pak Hikayat. Malam itu yang ada hanya Pak Sutardji Kolzum Bahri yang memang setiap malam ikut mondok pada kamar di bagian belakang kantor redaksi.

Jarum jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Udara begitu dingin jalan sudah sepi. Hanya ada satu dua becak melintas.saya ingin kebelakang, namun ketika daun pintu saya buka, saya melihat cahaya putih berkelebat dari puncak atap took kacamata A.kasoem diiringi wanita cekikikan. Suara itu menggema, bulu pundakku berdiri, kakiku berat untuk diangkat. Tanpa sadar aku duduk terhenyak sampai pagi. Aku sadar setelah dibangunkan penjaga kantor.Ia melihat aku tertidur duduk di teras belakang kantor Antara. Apa yang terjadi pada malam itu saya ceritakan pada Soetardji. Seperti biasa ia hanya nyengir tidak percaya.

Peristiwa serupa juga dialami oleh wartawan Benny Royat, ia dinas malam.Ketika itu Benny baru saja selesai makan sate yang ia beli dari tukang sate yang setiap sore sampai malam berdagang dikaki lima di depan kantor jalan Naripan. Waktu baru menunjukkan pukul 10.00 malam. Masih cukup sore, ia pergi kebelakang. Tiba-tiba ia masuk kembali disertai nafas terengah-engah. Ada lima menit ia tidak bicara,mukanya pucat sambil menunjuk kebelakang. Baru setelah diberi air putih ia bisa bicara. Katanya ia melihat seorang suster berkulit putih duduk termenung di depan pintu WC. Tangannya melambai-lambai seolah memanggil Benny. Kemudian tubuh suster berkulit putih itu menghilang bersamaan hembusan angina menuju kea tap took kacamata.Samar-samar terdengar nyanyian seorang perempuan,jeritan yang melengking menyudahi peristiwa itu.

Bersambung .....

Trowek

Diceritakan oleh : H.Harisoedin A.M

Kalau anda pergi ke Tasikmalaya lewat malangbong pasti Anda akan melewati kampong Trowek yang berada di setengah Tanjakan Gentong menuju kota kecamatan Ciawi Tasikmalaya. Kampung ini kecil.Tidak jauh dari sini arah ke perbukitan terdapat halte kecil Kereta Api.Dulu kabarnya halte ini selalu disinggahi kereta api lambat, baik yang menuju Tasikmalaya dari Bandung begitu juga sebaliknya. Kini bangunan halte tidak terawat lagi ini di lewati begitu saja.

Disekitar halte Trowek inilah sekitar tahun lima puluhan kecelakaan kereta api yang menelan ratusan korban jiwa. Kereta api yang naas ini terguling yang menyebabkan beberapa gerbong yang penuh penumpang meluncur ke jurang sedalam seratus meter lebih. Jerit, pekik dan tangis histeris para penumpang yang mengalami kecelakaan ini terdengar ke kampung Trowek. Seluruh kampung gempar. Seisi kampung berlarian mendaki bukit untuk melihat dari dekat apa yang terjadi.

Jerit histeris ini diawali dengan suara gemuruh bagai gunung runtuh dan petir yang menyambar. Apa yang disaksikan oleh penduduk kampung kecil ini ? Mereka terpana, tidak yakin terhadap apa yang mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka terpaku tidak berbuat apa-apa menyaksikan ada tiga gerbong KA yang sudah hancur berantakan. Barulah mereka bertindak setelah sadar akan apa yang telah terjadi. Mayat bergelimpangan. Kenapa ini terjadi? Diantara mereka ada yang kembali ke kampung dan melaporkan hal itu langsung ke kota kecamatan dan stasion KA Ciawi. Ternyata peristiwa kecelakaan itu belum diterima oleh Kepala stasion Ciawi. Baru setelah itu diketahui oleh Stasion Tasikmalaya yang menyampaikan laporannya ke Bandung.

Agak lambat memang tibanya pertolongan. Tapi masyarakat setempat telah berinisiatif untuk membawa mereka yang masih hidup ke Ciawi untuk kemudian diteruskan ke Rumah Sakit Tasikmalaya .Pihak PJKA waktu itu mencatat peristiwa itu merupakan peristiwa kecelakaan terbesar yang dialami oleh PJKA bahkan sampai hari ini.Hampir dua minggu lamanya PJKA baru dapat merehabilitasi perjalanan Kereta Api lintas selatan dari Surabaya, Yogyakarta ke Bandung.

Pada hari dibukanya kembali trayek yang melalui Trowek ini PJKA menyelenggarakan hajatan syukuran dan mengundang seluruh penduduk kampung Trowek dan sekitarnya.Syukuran ini kabarnya diadakan untuk menjauhkan PJKA dari kecelakaan seperti ini dan terutama meminta kepada Tuhan agar Trowek aman dan dapat kembali dilalui Kereta Api.

Pada upacara itu pula pimpinan PJKA waktu itu mengatakan dihadapan masyarakat yang memenuhi bekas terjadinya tragedy kecelakaan KA bermaksud untuk mendirikan Tugu peringatan di tempat itu ,untuk mengenang mereka yang jadi korban, serta kepahlawanan dan jasa-jasa yang tidak ternilai dari masyarakat Kampung Trowek dalam memberikan bantuian tanpa pamrih.dijanjikan pula PJKA akan membangun kembali halte Trowek walau tidak akan difungsikan sepenuhnya. Setiap rangkaian Kereta Api tanpa membedakan kelas akan berhenti selama 5 detik sambil membunyikan sirine KA.

Ketika dibukanya kembali jalur Trowek ini, penulis bersama-sama rekan wartawan Pikiran Rakyat Parman Djajadiredja (alm) dan Buloh Iskandar dari Sipatahunan berkesempatan ikut dengan KA istimewa dari Stasion Tasikmalaya ke Trowek. Kami sama-sama mencatat apa yang diucapkan pimpinan PJKA yang kami anggap sebagai janji terhadap penduduk setempat dan ratusan jiwa yang jadi korban.

Tidak jelas apakah janji-janji itu dipenuhi oleh PJKA atau tidak. Tapi dari apa yang dapat kita tangkap dalam pebicaraan-pembicaraan sambil laludi warung nasi yang terletak dipinggir jalan raya tepat tikungan Trowek, ada kesan janji-janji itu hanya tnggal janji. Penduduk setempat juga tidaklah berniat untuk menagih janji itu.